Rabu, 25 Mei 2016

TRADISI PEH CUN: TRADISI MASYARAKAT TIONGHOA YANG MASIH DILESTARIKAN DI INDONESIA

Duanwu Jie atau yang dikenal dengan sebutan festival Peh Cun di kalangan Tionghoa-Indonesia adalah salah satu festival penting dalam kebudayaan dan sejarah Tiongkok. Peh Cun adalah dialek Hokkian untuk kata pachuan (dalam hal ini pachuan perahu). Walaupun perlombaan perahu naga bukan lagi praktik umum di kalangan Tionghoa-Indonesia, namun istilah Peh Cun tetap digunakan untuk menyebut festival ini.
Festival ini dirayakan setiap tahunnya pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan Imlek dan telah berumur lebih 2300 tahun dihitung dari masa Dinasti Zhou. Perayaan festival ini yang biasa kita ketahui adalah makan bakcang dan perlombaan dayung perahu naga. Karena dirayakan secara luas di seluruh Tiongkok, maka dalam bentuk kegiatan dalam perayaannya juga berbeda di satu daerah dengan daerah lainnya. Namun persamaannya masih lebih besar daripada perbedaannya dalam perayaan tersebut.

KEGIATAN
LOMBA PERAHU NAGA
  1. Lomba Perahu Naga : Tradisi perlombaan perahu naga ini telah ada sejak Zaman Negara-negara Berperang. Perlombaan ini masih ada sampai sekarang dan diselenggarakan setiap tahunnya baik di Tiongkok Daratan, Hong Kong, Taiwan maupun di Amerika Serikat. Bahkan ada perlombaan berskala internasional yang dihadiri oleh peserta-peserta dari manca negara, kebanyakan berasal dari Eropa ataupun Amerika Utara. Perahu naga ini biasanya didayung secara beregu sesuai panjang perahu tersebut.
  2. Makan Bakcang : Tradisi makan bakcang secara resmi dijadikan sebagai salah satu kegiatan dalam festival Peh Cun sejak Dinasti Jin. Sebelumnya, walaupun bakcang telah populer di Tiongkok, namun belum menjadi makanan simbolik festival ini. Bentuk bakcang sebenarnya juga bermacam-macam dan yang kita lihat sekarang hanya salah satu dari banyak bentuk dan jenis bakcang tadi. Di Taiwan, pada zaman Dinasti Ming akhir, bentuk bakcang yang dibawa oleh pendatang dari Fujian adalah bulat gepeng, agak lain dengan bentuk prisma segitiga yang kita lihat sekarang. Isi bakcang juga bermacam-macam dan bukan hanya daging. Ada yang isinya sayur-sayuran, ada pula yang dibuat kecil-kecil namun tanpa isi yang kemudian dimakan bersama serikaya, gula manis.
  3. Menggantungkan Rumput Ai dan Changpu : Peh Cun yang jatuh pada musim panas biasanya dianggap sebagai bulan-bulan yang banyak penyakitnya, sehingga rumah-rumah biasanya melakukan pembersihan, lalu menggantungkan rumput Ai dan changpu di depan rumah untuk mengusir dan mencegah datangnya penyakit. Jadi, festival ini juga erat kaitannya dengan tradisi menjaga kesehatan di dalam masyarakat Tionghoa.
  4. Mandi Tengah Hari : Tradisi ini cuma ada di kalangan masyarakat yang berasal dari Fujian (Hokkian, Hokchiu, Hakka), Guangdong (Teochiu, Kengchiu, Hakka) dan Taiwan. Mereka mengambil dan menyimpan air pada tengah hari festival Peh Cun ini, dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit bila dengan mandi ataupun diminum setelah dimasak.
    BAKCANG
    RUMPUT AI DAN CHANGPU


    TRADISI PEH CUN DI TANGERANG, BANTEN

    LOMBA PERAHU NAGA DI SUNGAI CISADANE, TANGERANG, BANTEN

    Acara ini mulai digelar di Tangerang sekitar tahun 1910. Hal ini dikarenakan sungai di Jakarta sudah dangkal, sehingga dipindahkan ke Tangerang di Sungai Cisadane. Dahulunya, tahun 1938 dibuatlah sepasang Perahu Naga oleh Lim Tiang Hoat di daerah Kedaung Barat. Namun, pada tahun 1942 di masa kedatangan Jepang, Perahu Naga tersebut dibakar oleh Jepang. Perayaan ini sempat terhenti sejak tahun 1965. Namun pada tahun 2000, Pemerintah Kota Tangerang menghidupkan kembali tradisi Peh Cun hingga sekarang.
    Bakcang dan perahu naga merupakan bagian dari tradisi yang tidak terpisahkan di perayaan Peh Cun. Tradisi ini tidak hanya diikuti oleh orang Tionghoa, tapi juga masyarakat umum di Tangerang. Warga ikut berpartisipasi, ada yang menjadi panitia acara, dan ikut perlombaan.
    Seiring perjalanan waktu, perayaan pehcun yang semakin mengakar di masyarakat Tangerang membuat perayaan ini menjadi festival yang menarik. Penyelenggaraannya pun menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke kota ini. Tapi yang terpenting, perayaan pehcun merupakan sikap menghayati kembali nilai-nilai patriotisme Qu Yuan sambil terus melestarikan Sungai Cisadane agar tetap asri dan bersih.
    PERAYAAN PEH CUN DI TANGERANG, BANTEN
    Pada malam hari digelar "BAKCANG STREET FESTIVAL", disajikan bakcang, makanan terbuat dari ketan yang pada mulanya berisikan daging babi cincang dan dibungkus daun bambu. Guna menghormati masyarakat muslim, kini bakcang yang disajikan diganti dengan daging ayam cincang, sehingga dijamin halal dan tersedia juga yang berisi sayuran bagi kaum Vegetarian. Pada hari Minggu-nya akan diadakan lomba makan bakcang.

    Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sutiono/perayaan-peh-cun-di-tangerang_55811c1a03b0bda4068b465c
    Pada malam hari digelar "BAKCANG STREET FESTIVAL", disajikan bakcang, makanan terbuat dari ketan yang pada mulanya berisikan daging babi cincang dan dibungkus daun bambu. Guna menghormati masyarakat muslim, kini bakcang yang disajikan diganti dengan daging ayam cincang, sehingga dijamin halal dan tersedia juga yang berisi sayuran bagi kaum Vegetarian. Pada hari Minggu-nya akan diadakan lomba makan bakcang.

    Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sutiono/perayaan-peh-cun-di-tangerang_55811c1a03b0bda4068b465c
    Pada malam hari digelar "BAKCANG STREET FESTIVAL", disajikan bakcang, makanan terbuat dari ketan yang pada mulanya berisikan daging babi cincang dan dibungkus daun bambu. Guna menghormati masyarakat muslim, kini bakcang yang disajikan diganti dengan daging ayam cincang, sehingga dijamin halal dan tersedia juga yang berisi sayuran bagi kaum Vegetarian. Pada hari Minggu-nya akan diadakan lomba makan bakcang.

    Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sutiono/perayaan-peh-cun-di-tangerang_55811c1a03b0bda4068b465c
    Sore hingga malam hari, Anda dapat menyaksikan pameran dan pertunjukan Lukisan Kaligrafi di Museum RoemBoer Tangga Ronggeng, sebuah bangunan bernuansa Tionghoa, konon RoemBoer kependekan dari Rumah Burung. Pertunjukaan lukisan kalifrafi ini berlangsung hingga Minggu malam.

    Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sutiono/perayaan-peh-cun-di-tangerang_55811c1a03b0bda4068b465c
    Pada malam hari digelar "BAKCANG STREET FESTIVAL", disajikan bakcang, makanan terbuat dari ketan yang pada mulanya berisikan daging babi cincang dan dibungkus daun bambu. Guna untuk menghormati masyarakat muslim, kini bakcang yang disajikan diganti dengan daging ayam cincang, sehingga dijamin halal dan tersedua juga yang berisi sayuran bagi kaum Vegetarian. Menurut legenda, Bakcang ini selalu di bawa keliling dengan perahu naga untuk di tebarkan di sungai. Upaya ini untuk memberi makan pada perdana menteri Chu yaitu Qu Yuan (339 SM) yang meninggal dan bunuh diri setelah menceburkan diri di sungai di ibukota Chu, Tiongkok. Qu Yuan adalah perdana menteri yang cinta dan setia pada negara. Namun karena raja tidak menyukainya, dia diusir dari ibukota Chu. Setelah diusir, ia kemudian memutuskan bunuh diri  dengan mencebur ke sungai. Banyak warga yang mencarinya dengan perahu dan memberinya makan kue Chang. Warga Tiongkok berharap Qu Yuan masih hidup, dia bisa makan kue Chang setelah di tebarkan di sungai. Perayaan ini merupakan perayaan suci dan agung yang diperingati setiap tanggal 5 bulan 5 di Tiongkok.
    Sore hingga malam hari, Anda dapat menyaksikan pameran dan pertunjukan Lukisan Kaligrafi di Museum RoemBoer Tangga Ronggeng, sebuah bangunan bernuansa Tionghoa, konon RoemBoer kependekan dari Rumah Burung. Pertunjukaan lukisan kalifrafi ini berlangsung hingga Minggu malam.

    Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sutiono/perayaan-peh-cun-di-tangerang_55811c1a03b0bda4068b465c
    Pada malam hari digelar "BAKCANG STREET FESTIVAL", disajikan bakcang, makanan terbuat dari ketan yang pada mulanya berisikan daging babi cincang dan dibungkus daun bambu. Guna menghormati masyarakat muslim, kini bakcang yang disajikan diganti dengan daging ayam cincang, sehingga dijamin halal dan tersedia juga yang berisi sayuran bagi kaum Vegetarian. Pada hari Minggu-nya akan diadakan lomba makan bakcang.

    Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/sutiono/perayaan-peh-cun-di-tangerang_55811c1a03b0bda4068b465c
  5.  
    DAFTAR PUSTAKA
    https://id.wikipedia.org/wiki/Peh_Cun
    http://lifestyle.okezone.com/read/2015/03/04/406/1113588/asal-mula-tradisi-peh-cun-di-tangerang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar